Kamis, 16 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 8

Pelajaran Kedelapan
قال المؤلف – رحمه الله: بابُ: مَعْرِفَةِ عَلاَمَاتِ الإِعْرَابِ
للرفْعِ في أَرْبَعُ عَلاَمَاتٍ: الضَّمَّةُ، والوَاوُ، وَالألِفُ، وَالنُّونُ.

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

BAB MENGENAL ALAMAT-ALAMAT I’RAB

“Rafa’, ia memiliki empat alamat: Dhammah, Wawu, Alif dan Nun”
?Penjelasan:

Sekarang Penulis mulai menguraikan macam-macam I’rab dengan menjelaskan masing-masing alamat-alamatnya.

Pertama: Rafa’.

Rafa, memiliki empat alamat;

    Dhammah, dia adalah alamat asli rafa’. Oleh karena itu, secara umum isim dan fi’il yang marfu’ (dirafa’), maka alamat rafa’nya dengan dhammah.
    Wawu, dia menempati posisi kedua sebagai alamat rafa’, karena dia lebih dekat dengan dhammah ketika disukun.
    Alif, dia menempati posisi ketiga setelah wawu, karena dia bersaudara dengan wawu dalam mad (panjang) dan sifatnya.
    Nun, dia menempati posisi terakhir.

Kalian dapat mengetahui bahwa kalimat itu marfu’ dengan adanya salah satu alamat diatas pada akhir harakat kalimat tersebut.


قال المؤلف – رحمه الله: فَأمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُون عَلاَمَةً للرَّفْعِ في أرْبَعَةِ مَوَاضِيعَ: الاِسمِ المُفْرَدِ، وجَمْعِ التَّكْسِيرِ وَجَمْعِ الْمُؤَنثِ السَّالِمِ، والْفِعْل الْمُضَارِعِ الذي لَمْ يَتَّصلْ بآخره شَيْءٌ.Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:”Adapun Dhammah menjadi alamat rafa’ pada empat tempat: isim mufrad, jamak taksir, jamak muannats salim, dan fi’il mudhari’ yang tidak bersambung pada (huruf) akhirnya dengan sesuatu apapun.”

?Penjelasan:

Sekarang penulis menerangkan kalimat apa saja yang dirafa’ dengan dhammah. Kalimat yang dirafa’ dengan dhammah ada empat:

    Isim Mufrad:

Definisinya adalah setiap isim yang menunjukan atas satu buah/orang, baik dia mudzakkar (kata benda untuk laki-laki) maupun muannats (kata benda umtuk perempuan).

Contoh:

    Mudzakkar:

ذَهَبَ الْمُدَرِّسُ

“Bapak guru telah pergi”

Kalimat (الْمُدَرِّسُ) dia kedudukannya disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan dhammah karena dia isim mufrad.

    Muannats:

ذَهَبَتْ الْمُدَرِّسَةُ

“Ibu guru telah pergi”

Kalimat (الْمُدَرِّسَةُ) dia kedudukannya disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan dhammah karena dia isim mufrad.

    Jamak Taksir:

Definisinya adalah isim yang menunjukan atas tiga atau lebih, baik dia mudzakar maupun muannats, yang mana dia telah mengalami perubahan bentuk pada susunan aslinya, baik perubahannya pada susunan hurufnya maupun harakatnya.

رَجُلٌ – رِجَالٌ

Lafazh (رَجُلٌ) adalah isim mufrad, sedangkan lafazh (رِجَالٌ) dialah yang dinamakan jamak taksir.

Contoh:

جَاءَ الرِجَالُ

“Para laki-laki tersebut telah datang”

Kalimat (الرِجَالُ) dia kedudukannya disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan dhammah karena dia jamak taksir.

    Jamak Muannats Salim:

Definisinya adalah isim mufrad yang dijadikam jamak (lebih dari dua) dengan ditambah huruf Alif dan Ta pada akhir kalimat.

    مُؤْمِنَةٌ +  ات  = مُؤْمِنَاتٌ
    مُسْلِمَةٌ + ات = مُسْلِمَاتٌ
    زَيْنَبٌ + ات = زَيْنَبَاتٌ

Lafazh (مُؤْمِنَةٌ), (مُسْلِمَةٌ) dan (زَيْنَبٌ) adalah isim mufrad, sedangkan lafazh (مُؤْمِنَاتٌ), (مُسْلِمَاتٌ) dan (زَيْنَبَاتٌ) dialah yang dinamakan jamak muannats salim.

Contoh:

حَضَرَتِ الْمُسْلِمَاتُ

“Kaum muslimah itu telah datang “

Kalimat (الْمُسْلِمَاتُ) dia kedudukannya disini sebagai fa’il (subyek), sedangkan fa’il selalu marfu’, alamat rafa’nya dengan dhammah karena dia jamak muannats salim.

    Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung pada huruf akhirnya dengan sesuatu apapun:

Contoh:

يَدْرُسُ الطَالِبُ

“Siswa itu sedang belajar”

Kalimat (يَدْرُسُ) dia fi’il mudhari’, dia marfu’ karena tidak ada nawashib (‘aamil nashab) dan juga tidak ada jawazim (‘aamil jazem) yang masuk padanya, alamat rafa’nya dengan dhammah karena dia fi’il mudhari’ yang tidak bersambung pada (huruf) akhirnya dengan sesuatu apapun.

CATATAN:

Adapun istilah Nawashib dan Jawazim, maka dua hal ini akan datang penjelasannya pada babnya tersendiri.Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab; apakah alamat I’rab kalimat ketika dirafa, dinashab, dikhafadh dan dijazem.Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu dirafa’, dinashab, dikhafadh dan dijazem, maka hal ini akan dibahas pada babnya.Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu. Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat kedua dari alamat rafa’ pada pertemuan yang akan datang insya Allah.Perhatikan baik-baik setiap pelajaran yang disampaikan, karena kita sudah mulai masuk bab-bab yang penting. Apabila kita bisa memahaminya dengan baik, maka ini akan menjadi kunci kemudahan pada bab-bab selanjutnya insya Allah.Kami ingatkan kembali, jangan lupa untuk selalu mengingat maklumat-maklumat yang telah kita terangkan, dan jangan lupa pula untuk terus dimuraja’ah (dibaca dan dipelajari kembali). Insya Allah kita akan lanjutkan pelajaran kita berikutnya pada pertemuan yang akan datang. Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh  Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 25 Shafar 1435/ 28 Desember 2013_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]