Selasa, 21 April 2015

al Ajurumiyyah : Pelajaran – 13

Pelajaran Keduabelas : ‘Alamat Nashab suatu Kalimat

قال المؤلف – رحمه الله: ولِلنَّصبِ خَمْسُ عَلاَمَاتٍ الْفَتْحَةُ، وَالأَلِفُ، وَالكَسْرَةُ، وَاليَاءُ، وَحَذْفُ النُّونِ

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Nashab, ia memiliki lima alamat: Fathah, Huruf Alif, Kasrah, Huruf Ya dan Hadzfun Nun (membuang Huruf Nun)”
?Penjelasan:

Ini adalah jenis kedua dari macam-macam I’rab.Nashab, ia memiliki lima alamat. Dikedapankan Fathah disini karena dia adalah alamat asli dari alamat Nashab, sedangkan yang lainnya adalah cabangnya. Kalian bisa menentukan bahwa suatu kalimat itu manshub (dinashab) apabila kalian mendapatkan salah satu dari lima alamat ini pada akhir kalimat tersebut.


قال المؤلف – رحمه الله: “فَأَمَّا الفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَة لِلنَّصْبِ في ثَلاُثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ الْمُفْرَدِ، وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عِلَيْهِ نَاصِبٌ، وَلَمْ يَتَّصِلُ بِآخِرِهِ شَيْءٌ “

Berkata Penulis_rahimahullah Ta’ala:

“Adapun Fathah menjadi alamat bagi Nashab ada pada tiga tempat; pada Isim Mufrad, Jamak Taksir dan Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan (Fi’il Mudhari’ tersebut) tidak bersambung di akhirnya sesuatupun.”

?Penjelasan:

Alamat pertama dari alamat-alamat Nashab adalah Fathah.Fathah menjadi tanda bahwa kalimat itu Manshub (dinashab) ada pada tiga tempat :

    Pada Isim Mufrad (kata benda tunggal).

Definisi Isim Mufrad telah lewat penyebutannya pada bab alamat-alamat Rafa’.

Contoh Isim Mufrad yang Manshub:

رَأَيْتُ خَالِدًا

“Saya melihat Khalid.”

ضَرَبَ حَامِدٌ حَجَرًا

“Hamid memukul batu.”

سَمِعْتُ مِذْيَاعًا

“Saya mendengar radio.”

أَخَذَتْ فَاطِمَةُ مِمْسَحَةً

“Fathimah mengambil penghapus.”

Perhatikan empat contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (خَالِدًا), (حَجَرًا), (مِذْيَاعًا), dan (مِمْسَحَةً) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Isim Mufrad. Tanda Fathah pada empat kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Isim Mufrad tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok), maka tanda Fathah pada Isim tersebut Muqaddarah (tidak tampak), contohnya:

رَأَيْتُ الْفَتَى

“Aku melihat anak muda itu.”

لَقِيَتْ عَائِشَةُ لَيْلَى

“‘Aisyah berjumpa (dengan) Laila.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (الْفَتَى) dan (لَيْلَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Isim Mufrad yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

    Pada Jamak Taksir.

Definisi Jamak Taksir telah lewat penyebutannya pula pada bab alamat-alamat Rafa’.

Contoh Jamak Taksir yang Manshub:

رَأَيْتُ الطُّلَّابَ

“Aku melihat para pelajar.”

ضَرَبَ الْأَوْلَادُ الْكِلَابَ

“Anak-anak itu memukul anjing-anjing.”

أَخَذَتْ خَدِيْجَةُ الْمَلَابِسَ

“Khadijah mengambil pakaian-pakaian.”

رَمَيْتُ أَحْجَارًا

“Aku melempar batu-batu.”

Perhatikan empat contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (الطُّلَّابَ), (الْكِلَابَ), (الْمَلَابِسَ), dan (أَحْجَارًا) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Jamak Taksir. Tanda Fathah pada empat kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Jamak Taksir tersebut berbentuk Isim Maqshur, yaitu Isim yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok), maka tanda Fathah pada Isim tersebut Muqaddarah (tidak tampak) seperti pada Isim Mufrad, contohnya:

رَأَيْتُ سُكَارَى

“Aku melihat para pemabuk.”

لَقِيَتْ زَيْنَبُ الْأَيَامَى

“Zainab berjumpa (dengan) para janda.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (سُكَارَى) dan (الْأَيَامَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Jamak Taksir yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

    Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan tidak bersambung di akhirnya sesuatupun.

Maksud dari “tidak bersambung di akhirnya sesuatupun” adalah dia bukan termasuk dalam Al Af’al Al Khamsah – telah lewat definisinya – dan tidak pula bersambung dengan Nun taukid dan juga Nun Niswah.”

Contoh Fi’il Mudhari’ yang Manshub:

مُحَمَّدُ لَنْ يَذْهَبَ

“Muhamad tidak akan pergi.”

أُرِيْدُ أَنْ أَجْلِسَ

“Saya ingin duduk.”

الْكَسْلَانُ لَنْ يَنْجَحَ

“Orang yang malas tidak akan berhasil.”

Perhatikan tiga contoh diatas! kalian dapatkan pada kalimat (يَذْهَبَ), (أَجْلِسَ), dan (يَنْجَحَ) semuanya dinashab dengan Fathah, karena semuanya Fi’il Mudhari’ yang masuk padanya ‘Aamil yang menashabkan dan tidak bersambung di akhirnya sesuatupun. Tanda Fathah pada tiga kalimat diatas semuanya zhahirah (tampak). Adapun apabila Fi’il Mudhari’ tersebut berbentuk Fi’il Maqshur, yaitu Fi’il yang huruf akhirnya Alif bengkok, maka tanda Fathah pada Fi’il Mudhari’ tersebut Muqaddarah (tidak tampak), contohnya:

أُرِيْدُ أَنْ تَسْعَى

“Saya ingin kamu berusaha.”

أَبُوْكَ لَنْ يَرْضَى

“Ayahmu tidak akan ridha.”

Perhatikan dua contoh diatas! Kalian dapatkan pada kalimat (تَسْعَى) dan (يَرْضَى) semuanya dinashab dengan Fathah, hanya saja dia tidak tampak pada huruf akhirnya, itu disebabkan karena dia Fi’il Mudhari’ yang huruf akhirnya Alif Maqshurah (Alif bengkok).

PERHATIAN:

Semua harakat, baik Dhammah, Fathah atau Kasrah pada Isim atau Fi’il yang huruf akhirnya Alif Maqshurah, maka harakatnya Muqaddarah (tidak tampak).

ISTILAH DAN KOSAKATA BARU:

    Hadzfun Nun: membuang Huruf Nun.
    Manshub: dinashab.
    Fi’il Mudhari': kata kerja kini atau nanti.
    Alif Maqshurah: Alif bengkok.
    Naashib: ‘Aamil yang menashabkan. Akan datang pembahasannya pada babnya.
    Nun Taukid: Nun Penegasan, yaitu huruf Nun Tasydid atau sukun yang melekat dibelakang Fi’il Mudhari’ dan berfungsi untuk menegaskan atau memperkuat maknanya. Insya Allah akan dijelaskan di lain kesempatan.
    Nun Niswah: Dhamir (kata ganti) perempuan jamak. Akan datang pembahasannya pada babnya.

Istilah-istilah diatas terkadang akan terulang kembali, sehingga kita harus bisa menghafal makna istilah-istilah tersebut.

Jadi, apa yang dituntut dari kita pada pelajaran hari ini?

Kita dituntut oleh penulis kitab ini untuk menghafal dan mengenal alamat-alamat I’rab, yaitu apakah alamat I’rab suatu kalimat ketika dinashab?!Adapun kita mengetahui kapan kalimat itu Manshub (dinashab) maka hal ini akan dibahas pada babnya tersendiri.Yang terpenting bagi kita sementara ini adalah mengenal tanda-tanda I’rabnya terlebih dahulu dan jangan kalian terpusingkan dengan sesuatu yang belum datang penjelasannya! Demikianlah pelajaran kita hari ini. Kita akan lanjutkan alamat kedua dari alamat Nashab pada pertemuan yang akan datang insya Allah.Wallahu a’lam bish shawab.
?ditulis oleh Abu ‘Ubaidah Iqbal bin Damiri Al Jawy, 28 Jumadats Tsaniyah 1435/ 28 April 2014_di Daarul Hadits_Al Fiyusy_Harasahallah]